Blog
Teknologi Informasi

SIMONA Kemkes
oleh Edited by apt. Hilli Kamilia S.Farm 03 May, 2023
Sudah pada tau aplikasi SIMONA Kemkes? Pemilik/pegawai apotek wajib banget tau, nih, untuk bikin pelaporan. Simak ulasannya di sini, yuk!
Bisnis apotek
oleh Farmacare CX 13 Feb, 2023
Kalau merasa bisnis apotek lagi stagnant, coba, deh, lakukan strategi digital marketing. Ini dia penjelasannya!
23 Aug, 2022
Seperti yang kita tahu, apotek bisa punya sampai ribuan produk obat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mengingat juga beragamnya jenis penyakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan №1121/Menkes/SK/XII/2008 dilansir dari supplychainindonesia.com, persediaan stok obat di apotek harus mengikuti pola penyakit, pola konsumsi, serta pola kemampuan ekonomi masyarakat di sekitar apotek. Belum lagi, pihak apotek harus melakukan perhitungan kebutuhan obat berdasarkan metode konsumsi dengan analisis tren pemakaian obat konsumen. Nah, coba bayangin — gimana cara menghitung itu semua jika tidak ada bantuan tools? Pasti jadi ribet dan butuh waktu lebih lama. Nah, aplikasi apotek bisa membantu Anda melakukan perhitungan tersebut dengan lebih mudah dan cepat. Tak hanya itu saja, masih ada keunggulan lainnya yang akan Farmacare ulas di bawah ini. Cari tahu, yuk! Menyediakan fitur-fitur yang paling dibutuhkan apotek Aplikasi apotek hadir untuk memudahkan Anda sebagai pemilik apotek/apotek penanggung jawab melakukan manajemen bisnis apotek. Terdapat setidaknya 5.000 produk obat di setiap apotek, membuat operasional bisnis menjadi lebih kompleks. Itu mengapa, aplikasi apotek wajib memiliki fitur-fitur, seperti manajemen kartu stok, informasi kadaluarsa dan batch obat, defekta untuk pengadaan obat, bahkan fitur otomatis untuk memperhitungkan stok minimal produk yang harus dimiliki sebuah apotek. Itu agar aplikasi apotek mampu menjadi sebuah solusi dari kompleksitas bisnis apotek. Dari masing-masing fitur tersebut, seperti yang terdapat di Farmacare — fitur defekta menjadi salah satu fitur unggulan. Dimana defekta dapat membantu Anda menentukan produk obat yang harus dipesan untuk memenuhi kebutuhan stok. Perhitungannya pun dilakukan secara otomatis oleh sistem berdasarkan histori pola penjualan di apotek. Bahkan, dengan fitur ini Anda bisa mengetahui mana produk obat yang perlu diprioritaskan lebih dulu dalam pengadaan karena punya kontribusi besar pada omzet bisnis. Temukan penjelasan tentang fitur selengkapnya di sini. Tampilan interface yang sederhana, mudah untuk digunakan Tampilan interface memberi pengaruh pada pengalaman pengguna saat menggunakan sebuah aplikasi. Pengguna pasti menginginkan tampilan aplikasi yang simpel, namun tetap fungsional dan mudah untuk digunakan. Salah satu keunggulan dari aplikasi apotek seperti Farmacare adalah memiliki tampilan interface yang sederhana sehingga tidak menyulitkan penggunanya — bahkan bagi mereka yang belum terbiasa dengan teknologi digital. Aplikasi apotek mudah digunakan karena punya tombol navigasi yang jelas, yang tidak akan membuat penggunanya bingung. Menggunakan istilah yang sudah sangat akrab di dunia kefarmasian sehingga penggunanya menjadi familier. Selain itu, aplikasi apotek harus punya tombol/icon yang konsisten agar mudah dipahami. Dikarenakan turnover pegawai di apotek cukup tinggi, maka dibutuhkan aplikasi apotek yang mudah digunakan agar Anda tak perlu lagi repot mengajari setiap ada pegawai baru. Aplikasi yang user friendly juga membuat pegawai tidak malas menggunakannya sehingga tujuan membuat manajemen apotek berjalan lebih efektif dan efisien, dapat tercapai. Biaya berlangganan yang lebih terjangkau Ada beberapa aplikasi apotek yang bisa menjadi pilihan bagi Anda. Karena berbasis online, Anda bisa mengaksesnya melalui komputer maupun smartphone di mana pun dan kapan pun, tanpa harus datang ke apotek. Tentu ini memudahkan Anda ketika punya apotek di luar kota atau beberapa cabang di lokasi yang berbeda. Aplikasi apotek rata-rata menawarkan biaya berlangganan sebesar Rp250.000 — Rp700.000 per bulan. Namun, untuk aplikasi apotek seperti Farmacare bisa menawarkan fitur lengkap dengan biaya berlangganan yang lebih terjangkau, harga promo Rp149.000 per bulan. Selain itu, saat Anda ingin berlangganan pertama kali, Anda akan diarahkan dulu untuk mengikuti Demo Produk agar mendapat penjelasan rinci terkait fitur-fitur yang dimiliki Farmacare. Setelah itu, Anda akan mendapat fasilitas Free Trial untuk mencoba langsung aplikasi ini. Lalu pada tahap onboarding, Anda bisa meng-input data barang menggunakan katalog dari BPOM yang sudah tersedia di aplikasi Farmacare, atau menggunakan data yang sudah Anda miliki dalam format excel. Jika masa Free Trial telah berakhir, Anda bisa melakukan perpanjangan melalui aplikasi Farmacare. Setelah pembayaran dilakukan, aplikasi akan diperpanjang secara otomatis dan siap Anda gunakan kembali. Aplikasi apotek punya layanan after-sales yang memadai Banyak apotek yang ada saat ini masih menggunakan sistem manual untuk menjalankan operasional bisnisnya. Itu mengapa, hadir aplikasi apotek yang bertujuan memudahkan manajemen apotek. Namun, yang lebih penting dari sebuah aplikasi apotek adalah layanan purna jualnya. Saat aplikasi digunakan dan mengalami masalah, pihak penyedia aplikasi harus bisa menanganinya dengan cepat sehingga tidak menyulitkan pengguna. Sebagai contoh, di Farmacare, setiap pemilik apotek dan pegawainya yang baru bergabung ke dalam ekosistem kami, akan mendapat free training penggunaan aplikasi apotek. Keunggulan lainnya adalah dengan menyediakan layanan after-sales. Setiap users baru akan diajak bergabung ke WA Group untuk bisa berkomunikasi secara langsung dengan tim Farmacare terkait produk, atau meminta masukan mengenai operasional apotek. Tim Farmacare yang bertanggung jawab atas WA Group tersebut terdiri dari tim Business Development (BD), serta tim Customer Experience (CX) termasuk praktisi apoteker di dalamnya. Mereka bertugas menjaga relevansi antara pengguna dengan Farmacare sehingga penyelesaian masalah pun menjadi lebih cepat. Setiap kali pengguna menyampaikan keluhan melalui WA Group, meski menggunakan istilah kefarmasian sekalipun, praktisi apoteker di tim CX bisa memahaminya dengan mudah sehingga proses penanganan masalah tidak membutuhkan waktu lama. Tim BD dan CX juga berperan menampung masukan dari pengguna untuk disampaikan kepada tim Product Development, sehingga produk yang akan dikembangkan ke depan dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Itu tadi beberapa keunggulan dari aplikasi apotek seperti Farmacare. Anda akan sangat terbantu mengelola apotek yang punya ribuan stok produk obat dengan menggunakan aplikasi apotek tersebut. Yuk, jangan lewatkan kesempatan Uji Coba Gratis dengan mendaftar di sini sekarang! Referensi: Medianto Henky S. 16 April 2020. Pengelolaan Persediaan Obat di Apotek. Supplychainindonesia.com: https://bit.ly/3QZagq8 Chrissila Jessica. 22 April 2022. Mengenal User Interface (UI): Arti, Mengapa Penting, Fungsi, dan Karakteristik. Glints.com: https://bit.ly/3AcbMi1
20 Aug, 2022
Bicara soal bisnis ritel, mungkin semua terlihat tidak ada bedanya. Ketika Anda berbelanja di minimarket dan apotek, sekilas produk yang dijual banyaknya sama. Tapi tahukah Anda? Ternyata jumlah SKU (Stock-Keeping Unit) alias jenis barang di minimarket tidak sebanyak produk yang ada di apotek. Menurut laporan keuangan Alfamart, minimarket dengan luas 100–150 m2 punya sekitar 3.800 SKU. Ini berbanding dengan apotek yang bisa punya lebih dari 5.000 SKU dengan luas yang mungkin setengahnya.
31 Mar, 2022
Waktu saya pertama kali bekerja selepas lulus sarjana, saya punya teman yang terobsesi dengan mobil Peugeot 206. Lebih dari setahun ia hidup super hemat dan menabung sampai akhirnya bisa membeli mobil impiannya walau second. Kesenangannya hanya bertahan beberapa hari. Mobilnya dalam kondisi baik, jadi sebenarnya ia tidak merugi. Hanya saja, ia lupa bahwa setelah memiliki mobil, ia harus punya dana untuk membeli bensin, membayar parkir, servis, dan nantinya membayar pajak! Jadilah ia masih berhemat lagi selama beberapa minggu, bahkan sampai berhutang agar bisa menggunakan mobilnya. Teman saya itu bekerja sebagai sales aplikasi IT. Karena saat itu pikirannya terlalu fokus kepada mobil, ia lupa kalau ada konsep dari dunia IT yang selalu ia tekankan kepada calon kliennya, yaitu total biaya kepemilikan atau total cost of ownership (TCO). Diagram TCO terlihat seperti ini:
29 Mar, 2022
Jika kamu sedang memilih aplikasi untuk menunjang aktivitas apotekmu, maka ada satu faktor penting yang harus kamu pertimbangkan: apakah kamu memilih untuk “beli putus” alias bayar sekali saja di awal atau kamu memilih untuk berlangganan. Beberapa vendor aplikasi hanya menawarkan model beli putus, ada juga beberapa vendor yang menawarkan beli putus ataupun berlangganan. Namun, sebagian besar vendor aplikasi, terutama aplikasi online, hanya menawarkan opsi berlangganan. Menurut data dari perusahaan riset pasar IT Gartner, 80% dari vendor aplikasi di Amerika pada tahun 2020 hanya menawarkan opsi berlangganan, suatu tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data ini, model penggunaan aplikasi di tahun 2022 yang akan menjadi pilihan banyak orang adalah model berlangganan. Tren ini sepertinya sudah mulai terjadi di Indonesia. Vendor aplikasi akunting seperti Accurate (sekitar Rp 2 juta per tahun) atau Jurnal (Rp 400.000 / Rp 600.000 per bulan) hanya menawarkan opsi berlangganan, demikian pula dengan aplikasi kasir restoran seperti Moka (Rp 300.000 per bulan per cabang) ataupun Pawoon (Rp 300.000 / Rp 600.000 per bulan, tergantung fitur yang dipilih). Secara risiko, berlangganan aplikasi berisiko jauh lebih kecil karena kamu bisa mencoba dulu untuk beberapa bulan awal sebelum memutuskan untuk memperpanjang, sedangkan jika kamu membeli putus, kamu harus mengeluarkan biaya besar di awal. Jika kamu tertarik untuk menggunakan aplikasi yang memungkinkan kamu untuk beli putus, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan sebelum membeli: Apakah vendor punya rekam jejak yang panjang, minimal 10 tahun, untuk pengembangan aplikasi itu? Jika belum, maka ada kemungkinan aplikasi ini belum stabil dan banyak mengandung kesalahan/bug yang mengganggu operasional apotekmu. Jika rekam jejak vendor belum terlalu panjang, seyakin apakah kamu bahwa vendor itu pasti akan memberikan support yang baik? Ingat, mereka sudah menerima uangnya di awal, sehingga tidak banyak insentif untuk melakukan layanan purna jual yang sempurna. Jika kamu tidak yakin dengan support dari vendor, apakah kamu diberikan akses ke kode sumber aplikasi sehingga bisa melakukan modifikasi pada aplikasinya? Jika tidak, kamu masih harus membayar vendor (atau vendor lain) untuk melakukannya. Apakah kamu yakin tidak akan butuh fitur tambahan ke depannya? Bagaimana jika ada peraturan BPOM yang menyebabkan ada keperluan pelaporan dengan format baru? Apakah apotekmu punya karakteristik yang unik dibandingkan dengan apotek lain, sehingga harus mencari vendor untuk membuat aplikasi custom (dan harus “beli putus”)? Kamu mesti pertimbangkan opsi mana yang lebih baik: menyesuaikan proses bisnis di apotekmu dengan fitur yang disediakan oleh aplikasi online berlangganan, atau mengelola aplikasi custom yang jauh lebih merepotkan.
24 Mar, 2022
Project IT pertama saya setelah lulus kuliah di tahun 2000-an awal adalah implementasi sistem Siebel di salah satu perusahaan otomotif. Siebel merupakan aplikasi CRM (Customer Relationship Management) yang paling populer saat itu. Implementasi Siebel saat itu memerlukan investasi sumber daya yang cukup besar, terutama untuk biaya pembelian server untuk hosting aplikasinya. Pada saat yang hampir bersamaan, penantang utama dari Siebel baru saja diluncurkan oleh Marc Benioff, yaitu Salesforce.com. Salesforce mengusung konsep yang bertolak belakang dibandingkan Siebel dan aplikasi pada umumnya saat itu. Salesforce adalah aplikasi pertama yang 100% berbasis cloud (data sepenuhnya dikelola oleh Salesforce dan tidak perlu server di lokasi customer) dan juga salah satu yang pertama yang menerapkan pembayaran dengan subscription/berlangganan (aplikasi lain harus dibeli putus). Perseteruan langsung antara Siebel dan Salesforce tidak berlangsung lama karena di tahun 2006 Siebel diakuisisi oleh Oracle. Salesforce sendiri hingga kini masih merupakan market leader di bidang CRM. Terlepas dari kesuksesan finansial dari Salesforce, mereka juga sukses membawa konsep komputasi berbasis cloud dan model pembayaran berbasis berlangganan/subscription menjadi standar di industri software. Walaupun sebagian besar bidang usaha sudah beralih ke cloud, di beberapa negara termasuk Indonesia, masih banyak usaha ritel, termasuk apotek, yang masih menggunakan sistem offline, baik tanpa aplikasi ataupun menggunakan aplikasi offline biasa. Padahal, bisa dibilang sebagian besar hambatan dalam penggunaan alokasi online berbasis cloud, baik dari segi perangkat, koneksi internet, maupun harga koneksi data, sudah tidak berpengaruh lagi. Hampir semua aplikasi yang kita gunakan sehari-hari seperti email atau media sosial menyimpan data kita di cloud. Ada beberapa keunggulan dari menggunakan aplikasi online yang akan kita bahas di sini, yang dikelompokkan menjadi dua jenis. Kelompok pertama terdiri dari keunggulan yang melekat pada karakter aplikasi online itu sendiri, dalam hal ini: Data tersimpan dengan sangat aman di cloud & tidak perlu melakukan backup data di PC lokal Aplikasi otomatis terupdate, tidak perlu install versi terbaru Data bisnis bisa dilihat dan dimanipulasi dari lokasi mana pun tidak harus di toko/apotek Jika mati listrik atau koneksi utama terputus, masih bisa menggunakan handphone (1) Investasi hardware minimal, biasanya hanya perlu perangkat dengan update peramban seperti Google Chrome ke versi terbaru (2) Ada pula beberapa keunggulan aplikasi online yang sering terlewatkan karena tidak langsung terasa dampaknya. Data di sistem online tidak mudah dimanipulasi oleh karyawan sehingga meminimalisir potensi kecurangan Master data barang bisa disinkronisasi dengan data regulator (3) “Future-proof”/terjamin kemutakhirannya. Jika ada aturan baru dari regulator yang membuat seluruh sektor menjadi terdampak, kemungkinan untuk bisa segera terimplementasi cukup besar. Regulator farmasi seperti BPOM juga cukup progresif dari sisi aturan. Contohnya saja, kartu stok sekarang tidak harus berupa kartu fisik tapi sudah bisa diakses online dan surat pemesanan obat (SP) ke PBF pun sudah boleh dibuat dengan menggunakan tanda tangan elektronik Integrasi data. Jika pemilik usaha mengizinkan, track record bisnis bisa dimanfaatkan untuk banyak hal yang positif. Misalnya saja untuk integrasi ke PSEF (Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi) seperti HaloDoc, untuk bertukar informasi ketersediaan barang dengan apotek lain, atau bahkan beberapa startup fintech juga menyediakan fasilitas kredit untuk toko yang punya data transaksi yang rapi dan bisa diverifikasi Di balik semua keunggulan di atas, ada beberapa kelemahan dari sistem online yang patut kamu perhatikan. Potensi penyalahgunaan data oleh provider aplikasi online. Pastikan provider dari aplikasi yang kamu pakai memiliki Kebijakan Privasi dan Syarat & Ketentuan yang mudah dipahami dan bisa menjamin kerahasiaan data toko atau apotek. Oh ya, penyedia aplikasi offline pun bisa jadi melanggar kerahasiaan data lho, karena mungkin saja aplikasi offline juga mengirim data melalui internet tanpa kita ketahui. Dan tentu saja, ada biaya berlangganan internet yang cepat dan stabil di daerah kamu, yang tidak perlu kamu keluarkan kalau masih menggunakan sistem offline Di dekade 2020-an ini, peralihan manajemen toko/apotek ke sistem online adalah sebuah keniscayaan. Pertanyaannya cuma ada dua: kapan pemilik toko/apotek akan merasa siap untuk “melompat”, dan provider sistem manakah yang akan mampu membantu pemilik dalam memaksimalkan keunggulan dari sistem online dan meminimalisir potensi kelemahannya. Catatan (1) asumsi aplikasi online berbasis web yang bisa diakses dari device apapun seperti Farmacare (2) asumsi aplikasi online berbasis web yang diakses dari browser seperti Farmacare (3) Farmacare memiliki katalog barang yang disinkronisasi secara teratur dengan data BPOM
Share by: