Mitos atau Fakta Penggunaan Obat: Apoteker Wajib Beri Edukasi agar Masyarakat Tak Keliru

Farmacare CX
Nov 27, 2023

Dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional, sebagai praktisi apoteker diharap bisa ikut serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. 


Tentu hal yang dapat dilakukan dalam pelayanan kefarmasian adalah memberi edukasi yang tepat untuk meluruskan informasi bias seputar mitos atau fakta penggunaan obat, yang beredar di tengah masyarakat. 


Dengan begitu, masyarakat bisa mengonsumsi obat dengan benar, meminimalisir potensi penyalahgunaan obat, dan kualitas kesehatan masyarakat jadi lebih terjamin. Berikut edukasi yang perlu diberikan ke masyarakat untuk memecah kekeliruan seputar mitos atau fakta penggunaan obat!


Mitos atau fakta penggunaan obat herbal

Obat herbal sudah digunakan masyarakat sejak dulu sebagai upaya pengobatan alternatif untuk berbagai penyakit. Tapi, ada pandangan masyarakat terhadap obat herbal dewasa ini yang perlu diluruskan oleh praktisi apoteker. 



Mitos:

Khasiat obat herbal tidak seampuh obat kimia karena hanya mengandung sedikit bahan aktif yang sebenarnya tidak efektif dalam mengobati penyakit. Mitos lainnya, obat herbal punya kualitas dan keamanan yang sulit dikendalikan, sehingga berisiko bagi kesehatan. 


Fakta: 

Banyak penelitian menunjukkan bahwa obat herbal juga bisa membantu mengobati berbagai penyakit. Misal, ekstrak daun sirsak diketahui mengandung senyawa anti-kanker yang efektif, ginkgo biloba untuk meningkatkan daya ingat, suplemen bawang putih untuk menstabilkan tekanan darah, dan lainnya. 


Bahkan menurut survei
Alodokter, pengguna obat herbal hampir mengimbangi obat kimia, yaitu sekitar 45% dari 7.699 responden. Mereka memilih menggunakan obat herbal karena dianggap bersifat alami sehingga minim efek samping yang tidak diinginkan. 


Praktisi pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan komposisi obat yang berasal dari alam secara utuh, akan mengurangi efek racun (efek samping) dari penggunaan obat tersebut.


Namun, tetap pastikan bahwa pelanggan apotek wajib memilih produk obat herbal yang sudah lolos uji klinis dan sudah terdaftar di BPOM RI. Ingatkan mereka juga untuk megonsumsi obat herbal sesuai dosis (jangan berlebihan), dan pastikan mereka tidak mengonsumsi obat-obatan lain yang berpotensi menimbulkan interaksi terhadap obat herbal.   


Mitos atau fakta penggunaan obat antibiotik

Antibiotik adalah jenis obat yang berfungsi untuk mencegah atau melawan infeksi bakteri di dalam tubuh manusia. Sehingga antibiotik terbilang efektif mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, namun tidak pada penyakit yang disebabkan oleh virus. 


Mitos:

Mitos yang berkembang di tengah masyarakat, antibiotik adalah obat untuk segala macam penyakit. Sehingga banyak orang menganggap, ketika sakit minum antibiotik pasti sembuh karena antibiotik adalah obat dari semua penyakit. Hal ini jelas keliru.


Fakta:

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, antibiotik hanya akan efektif menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri. Sementara, penyakit yang disebabkan oleh virus dan jamur (seperti pilek, flu, batuk dan bronkitis, atau infeksi sinus) – tidak dapat diobati dengan antibiotik. 


Jika pelanggan meminum antibiotik secara tidak tepat atau bahkan berlebihan, dapat memicu kekebalan bakteri (resistensi antibiotik). Kenapa? Ya, karena setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, bakteri sensitif dapat terbunuh dan kuman yang tahan antibiotik malah berkembang biak. 


Baca juga:
Hari Kesehatan Nasional, yuk, Apoteker Tunjukkan Aksi Nyata ke Masyarakat!


Mitos atau fakta obat mahal lebih ampuh

Obat yang beredar di pasaran, terbagi menjadi obat generik dan paten. Dimana obat paten memiliki harga jual yang lebih mahal, ketimbang obat generik.


Mitos:

Mitos atau fakta penggunaan obat lainnya adalah masyarakat beranggapan bahwa dengan mengonsumsi obat paten yang harganya mahal, akan lebih efektif menyembuhkan penyakit, dari pada obat generik yang harganya lebih murah.


Fakta: 

Faktanya antara obat paten dan generik, sama-sama memiliki khasiat (zat aktif) yang sama. Sebab obat generik, dulunya juga adalah obat paten, sebelum masa patennya habis. 


Ketika masa patennya habis, lalu obat tersebut dapat diproduksi secara umum tanpa perlu membayar royalti lagi, sehingga harganya jadi lebih murah. 


Hak paten biasanya berlaku selama 20 tahun, sebagai bentuk royalti sebuah perusahaan farmasi. Perusahaan farmasi lain harus mendapat izin pemilik royalti, jika ingin memproduksi obat tersebut.   


Lalu ketika masa patennya berakhir, perusahaan farmasi lain dapat mengajukan izin untuk memproduksi dan menjual versi generik dari senyawa aslinya.


Baca juga:
Antara Obat Generik dan Paten, Mana yang Lebih Menguntungkan Apotek?


Mitos atau fakta obat penyebab penyakit ginjal

Obat diresepkan oleh dokter kepada pasien untuk menyembuhkan penyakit mereka. Obat yang diresepkan dokter akan disesuaikan dengan keluhan dan dosis yang diberikan pun sesuai kebutuhan pasien. Sehingga tak perlu khawatir saat dianjurkan dokter untuk mengonsumsi obat-obatan. 


Mitos:

Terdapat perdebatan seputar mitos atau fakta penggunaan obat yang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit ginjal. Sehingga beberapa orang takut untuk mengonsumsi obat. Atau, langsung berhenti minum obat ketika sudah merasa baikan, padahal dokter menyuruh mereka untuk menghabiskan obat tersebut. 


Fakta:

Faktanya, ada beberapa penyakit yang jika tidak diobati justru dapat menyebabkan komplikasi dan memperburuk penyakit yang diderita pasien. Jadi, asal pasien bisa mengonsumsi obat sesuai resep dokter atau anjuran apoteker saat swamedikasi, obat tersebut akan berdampak baik bagi tubuh. 


Minumlah obat sesuai dosis, takaran, dan waktu yang teratur. Pastikan pasien mematuhi aturan
waktu minum obat, apakah sebelum, setelah, atau saat makan. 


Selain itu, untuk obat-obat yang harus dihabiskan, ingatkan pasien untuk tetap meminumnya meski kondisi mereka sudah membaik. Sebab dalam beberapa kasus, penghentian tiba-tiba justru dapat menyebabkan
relapse (perburukan). Efek terapi obat pun jadi tidak efektif.


Kecuali untuk beberapa jenis obat tertentu yang penggunaanya harus dihentikan bila pasien sudah tidak merasa sakit. Seperti, obat pereda nyeri atau penghilang rasa sakit, obat pereda flu dan batuk, serta obat lambung.     


Mitos atau fakta jadwal minum obat

Obat yang diresepkan oleh dokter harus diminum sesuai ketentuan dosis yang diberikan. Ada obat yang diminum dengan dosis tiga kali sehari, dua hari sekali, dan satu hari sekali. 


Mitos:

Ketika seseorang harus minum obat tiga kali sehari, misal dengan jadwal jam 7 pagi, 3 sore, dan 11 malam (dengan jarak per 8 jam), jika ada yang terlewat – dosisnya boleh digandakan pada jadwal berikutnya.


Pemahaman yang keliru ini perlu diluruskan, agar tidak berisiko menyebabkan penyalahgunaan obat oleh pasien. 


Fakta:

Beri pemahaman bahwa jika mereka lupa minum obat sesuai jadwalnya, maka lewatkanlah dosis tersebut dan minum dosis berikutnya seperti biasa, tanpa didobel. Namun, bila pasien baru teringat untuk minum obat dalam kurun waktu di bawah dua jam dari waktu seharusnya, mereka bisa tetap mengonsumsi obat sesuai dosisnya. 


Misal, jadwal minum obat jam 7 pagi, tapi pasien baru ingat di pukul 8.30, mereka tetap bisa meminum obat tersebut, dan diteruskan jadwal berikutnya seperti biasa pada jam 3 sore.


Masing-masing obat sebenarnya punya aturan tentang penanganan lupa jadwal minum obat. Nah, pastikan pasien bisa mengkonsultasikan hal tersebut lebih dulu kepada dokter atau apoteker. 


Mitos atau fakta cara minum obat tablet

Obat bentuknya ada yang tablet, cair, kapsul, dan lainnya. Penggunaan masing-masing bentuk sediaan obat tentu berbeda. Sebagai apoteker, kamu wajib memberi edukasi seputar penggunaan obat yang benar agar pasien tidak bingung. Simak pada artikel Pelanggan Masih Suka Bingung Cara Penggunaan Obat? Edukasi dengan Ini! 


Mitos:

Beredar mitos di tengah-tengah masyarakat bahwa obat tablet boleh diminum dengan cara apa pun. Boleh diminum dengan air teh, digerus dan dilarutkan ke air, atau dimakan bersama buah seperti pisang, asal masuk ke dalam tubuh.


Fakta:

Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasien juga harus memperhatikan jenis obat tablet yang dikonsumsi. Sebab, memang ada obat tablet yang harus ditelan secara utuh dengan bantuan air putih (plain water), sehingga sama sekali tidak boleh digerus atau dikunyah. 


Ada pula obat tablet yang harus diminum sebelum makan, karena adanya makanan justru dapat mengurangi kinerja obat. Obat akan bekerja paling maksimal saat tidak ada makanan di lambung manusia.  Oleh karena itu, tidak dianjurkan mengonsumsi obat bersamaan dengan makanan (termasuk buah). 


Nah, kalau memang pasien tidak bisa mengonsumsi obat berbentuk tablet, sampaikan ke dokter atau apoteker, agar bisa diganti dengan bentuk sediaan lain yang zat aktifnya sama.


Pastikan pasien perlu mengonfirmasi sebelum meyakini sebuah mitos atau fakta penggunaan obat. Caranya bisa berkonsultasi dulu dengan dokter atau apoteker di apotek. Jadi pasien lebih nyaman untuk mengonsumsi obat dan bantu meningkatkan
kepatuhan minum obat


Apabila edukasi yang diberikan kepada masyarakat maksimal, pelayanan kefarmasian di Indonesia jadi semakin baik. Dampaknya
bisnis apotek akan terus bertumbuh dan selalu dibutuhkan masyarakat. Yuk, bersama bantu jaga kualitas kesehatan masyarakat Indonesia!



Referensi:

dr. Kevin Adrian. 2 Agustus 2018. 45% Masyarakat Indonesia Masih Lebih Percaya Obat Herbal Dibanding Obat Modern. Alodokter.com: https://bit.ly/40jzTIh

Health Essentials. 4 Februari 2021. 7 Myths About Medication and the Facts Behind Them. Health.clevelandclinic.org: https://bit.ly/40nW2oL

apt. Yovita Diane. 23 April 2017. 7 Mitos yang Keliru Mengenai Penggunaan Obat. Guesehat.com: https://bit.ly/3MrbeMb


Permodalan Obat di Apotek
04 Dec, 2023
Pengadaan obat di apotek membutuhkan modal yang tidak sedikit. Farmacare punya solusi untuk tantangan tersebut. Temukan di sini!
Pengadaan Obat di Apotek
oleh ditulis oleh Gina Dwi 30 Nov, 2023
Tingkat efektivitas pengadaan obat di apotek bisa diukur menggunakan beberapa tolak ukur yang bisa kamu temukan di sini! Simak, yuk!
Pengadaan Barang di Apotek
oleh ditulis oleh Gina Dwi 23 Nov, 2023
Bagaimana kamu tahu kalau pengadaan barang di apotek sukses? Berikut tolak ukur yang bisa diperhatikan. Simak, yuk!
Pengadaan Barang di Apotek
oleh ditulis oleh Gina Dwi 20 Nov, 2023
Bagaimana kamu tahu kalau pengadaan barang di apotek sukses? Berikut tolak ukur yang bisa diperhatikan. Simak, yuk!
Bisnis Apotek
oleh ditulis oleh Gina Dwi 16 Nov, 2023
Overstock, understock, dan deadstock sebaiknya bisa diminimalisir agar bisnis apotek tetap sehat. Yuk, cari tau tentang jenis status stok tersebut di sini!
Golongan Obat
13 Nov, 2023
Penanganan golongan obat keras harus diperhatikan agar kualitasnya terjamin dan tak berpotensi disalahgunakan. Yuk, simak tips-nya di sini!
Obat Kedaluwarsa di Apotek
31 Oct, 2023
Obat kedaluwarsa di apotek wajib dihindari karena sangat berbahaya bila sampai ke tangan konsumen. Apa bahayanya dan gimana tips pencegahannya? Simak di sini!
Harga Jual Obat
27 Oct, 2023
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi harga jual obat di apotek. Kira-kira apa saja? Yuk, cari tahu di sini beserta cara menghitungnya!
Selisih Stock Opname
24 Oct, 2023
Selisih stock opname bila terus dibiarkan dan tidak dievaluasi akan merugikan bisnis apotek, lho! Yuk, simak penyebab dan tips mengatasinya di sini!
Postingan Lainnya
Share by: