Konseling obat adalah bagian dari pelayanan kefarmasian di apotek yang bertujuan untuk mencegah penggunaan obat yang salah, meningkatkan pengetahuan pasien, kepatuhan, serta efektifitas terapi obat. Konseling menjadi salah satu cara apoteker untuk mempromosikan layanan kesehatan yang lebih baik lagi. Sehingga kamu dapat menolong lebih banyak orang untuk kesembuhannya.
Itu mengapa, apoteker di apotek bertanggung jawab memberikan konseling kepada pasien atau keluarga pasien yang mewakili. Terlebih ada kondisi atau situasi tertentu yang mewajibkan kamu harus memberi konseling obat kepada pasien.
Ada beberapa kriteria yang ditetapkan bagi pasien atau keluarga pasien untuk wajib menerima konseling obat di apotek, seperti:
Konseling harus dilakukan oleh apoteker penanggung jawab di apotek. Tujuan dari praktik konseling, seperti:
Baca juga: Ini Dia Syarat Menjadi Apoteker Profesional
Praktik konseling tentu tidak dilakukan dengan asal-asalan. Berikut tahapan kegiatan konseling obat di apotek:
Aspek komunikasi memegang peran penting akan keberhasilan praktik konseling. Aspek komunikasi dalam membuka konseling meliputi apa saja? Pertama, memperkenalkan diri kamu dan menanyakan nama pasien. Kedua, kamu wajib menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien. Ketiga, lakukan juga komunikasi non verbal (bahasa tubuh), misal untuk mempraktikkan cara pakai obat.
Apoteker harus bisa mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions, yaitu:
Kamu diharap mampu menggali informasi lebih lanjut dengan memberi pasien kesempatan untuk menyampaikan berbagai masalah yang mereka hadapi seputar penggunaan obat. Lalu, beri mereka solusi dan penjelasan untuk menyelesaikan masalah seputar penggunaan obat tersebut.
Apa saja aspek informasi obat yang wajib kamu sampaikan kepada pasien saat konseling?
Pertama, nama obat dan tujuan pengobatan.
Kedua, aturan pakai obat, seperti frekuensi dan waktu penggunaan obat, serta takarannya. Terutama untuk obat-obat yang sangat dipengaruhi oleh frekuensi penggunaan.
Ketiga, cara penggunaan obat – terutama untuk obat-obat yang cara penggunaanya khusus/spesifik (disertai contoh). Keempat, lama penggunaan obat – terutama untuk obat antibiotik yang harus sesuai dengan resep dokter agar tidak terjadi resistensi.
Kelima, efek samping obat.
Keenam, tanda-tanda toksisitas. Tujuannya agar pasien memahami dengan baik bila terjadi tanda-tanda toksisitas setelah mengonsumsi obat.
Ketujuh, cara penyimpanan obat.
Sebagai langkah akhir, apoteker wajib melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien terhadap konseling obat yang dilakukan. Tidak lupa untuk mendokumentasikan konseling tersebut dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien sudah memahami seluruh informasi yang diberikan dalam konseling.
Pelaksanaan konseling di apotek menjadi wajib bagi pasien yang masuk dalam kriteria yang telah disebutkan di atas. Di luar kriteria tersebut, kamu juga diperkenankan melakukan konseling obat kepada pasien atau pelanggan.
Hanya saja terkadang ada sejumlah tantangan yang menjadi hambatan, seperti:
Kamu bisa coba meminimalisir hambatan di atas, misal dengan membuka praktek di jam-jam ramai atau aktif meminta pasien menjadwalkan konseling di tengah kesibukan mereka. Dengan begitu, pasien/pelanggan dapat terlayani lebih maksimal.
Baca juga: 4 Syarat Membuat Apotek Punya Pelayanan Maksimal yang Pelanggan Suka
Contoh kali ini diambil dari penelitian yang dilakukan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, yang mengevaluasi implementasi pelayanan konseling obat di apotek Kota Yogyakarta. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 100 orang pelanggan/pasien yang berkunjung ke apotek di Kota Yogyakarta. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 59% pasien pernah mendapat layanan konseling di apotek dari 96% pasien yang menyatakan butuh layanan konseling.
Sebagian besar (72,1%) berupa interaksi apoteker dan pasien yang dikelompokkan sebagai konseling tahap pertama, yaitu konseling dengan informasi singkat dan mendasar sesuai individu pasien. Pelanggan apotek sangat mendukung dan berharap bisa mendapat pelayanan konseling, baik untuk obat OTC maupun obat resep.
Masih dari hasil penelitian yang sama, berdasarkan aspek komunikasi dalam pelayanan konseling di apotek menunjukkan hasil:
Nah, agar apotek lebih aktif melakukan konseling obat dan tidak terhambat meski apotek sedang ramai, coba manfaatkan aplikasi apotek seperti
Farmacare. Aplikasi yang bisa bantu kamu mengurus operasional apotek lebih simpel. Apa yang bisa Farmacare lakukan? Temukan jawabannya dengan mendaftar
Uji Coba Gratis sekarang!
Referensi:
Faridah Baroroh, Endang Darmawan. 21 Maret 2016. Evaluasi Implementasi Pelayanan Konseling Obat di Apotek Kota Yogyakarta. Uhamka.ac.id: https://bit.ly/436iD9Y
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Hukor.kemkes.go.id: https://bit.ly/3MdyIo9