Usaha apotek punya potensi. Permintaan atas kebutuhan obat meningkat, terlebih di masa pandemi, banyak orang mencarinya. Masyarakat memilih untuk datang ke apotek saat sakit, karena dinilai lebih murah ketimbang harus pergi ke dokter dulu. Lagi pula jumlah klinik atau rumah sakit belum sebanyak apotek, sehingga dinilai lebih menghemat waktu.
Di sini apotek memegang peran yang sangat penting untuk menjaga sekaligus memfasilitasi kesehatan masyarakat. Peran penting ini membuat masa depan apotek cerah dan bisa menjadi pilihan bisnis yang menguntungkan. Ternyata, untuk punya usaha apotek sendiri – tak harus punya modal besar,
lho. Ada cara yang bisa kamu lakukan untuk menekan kebutuhan modal awal. Bagaimana caranya? Yuk, simak ulasan Farmacare berikut!
Menyusun anggaran bisnis adalah hal pertama yang harus kamu lakukan. Ini dilakukan untuk menakar modal yang kamu miliki saat ini, dan membuatnya cukup untuk membangun usaha apotek. Sebut saja kamu memiliki dana Rp100 juta untuk modal awal. Agar dana tersebut cukup, kamu harus membaginya dengan bijak. Misal dengan pembagian (perkiraan) berikut:
Sebisa mungkin lakukan penghematan atas apa yang masih bisa ditekan. Contoh untuk biaya produk. Ketika kamu punya relasi yang baik dengan pihak PBF, kamu tidak harus membayar seluruh pembelian obat dengan tunai. Ajukan pembayaran kredit jatuh tempo 3 - 4 minggu, atau setidaknya sampai persediaan obat yang dipesan itu habis terjual. Sehingga kamu bisa menekan anggaran untuk pos produk. Juga untuk prasarana di dalam apotek (rak
display, kulkas penyimpanan obat, dll.) – tak harus membeli yang baru bila ada yang bekas dan masih berkualitas.
Selain itu, ketika kamu sebagai pemilik apotek juga berlaku sebagai APA (Apoteker Penanggungjawab Apotek), anggaran gaji karyawan bisa diminimalisir. Tidak perlu langsung merekrut banyak karyawan di awal, agar anggaran gaji bisa dicadangkan untuk beberapa bulan ke depan.
Riset pasar jangan sampai terlewat. Usaha apotek yang dimulai dengan modal kecil, harus benar-benar memperhatikan persaingan. Sebisa mungkin cari kelebihan yang bisa ditawarkan apotekmu, buat perbedaan dari kompetitor. Riset pasar juga berguna untuk mengetahui daya beli masyarakat sekitar apotek, kebiasaan mereka dalam memilih/mengkonsumsi obat, serta cara mereka mendapat informasi seputar produk obat. Riset ini nantinya bisa menjadi dasar untuk kamu menentukan harga jual, produk apa saja yang dijual di apotek, dan strategi pemasaran yang paling tepat.
Dengan harga jual dan persediaan obat yang sesuai, akan muncul anggapan di benak konsumen bahwa apotekmu lengkap dan murah. Apalagi dengan pelayanan yang ramah, apoteker yang komunikatif, dan bisa memberi edukasi yang tepat, konsumen tidak ragu untuk datang kembali ke apotekmu. Modal kecil pun akan berputar secara efektif dan membuat usaha apotek berkembang.
Ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pengeluaran di awal membangun apotek. Caranya bagaimana? Misal, kamu punya lahan sisa di samping rumah atau bisa menggunakan garasi rumah untuk membuka apotek. Tinggal gencarkan pemasaran, misal menggunakan spanduk/baliho di sekitar apotek, media sosial, dan lakukan penjualan daring dengan layanan delivery. Kamu tak perlu menyewa tempat untuk menghemat anggaran. Di awal membuka apotek, kamu juga tidak perlu membeli prasarana yang lengkap. Asal cukup untuk menyimpan stok obat yang sesuai agar tidak merusak kualitasnya. Nanti secara bertahap, kamu bisa menambah inventaris. Termasuk menambah produk obat yang banyak dicari konsumen, namun belum tersedia di apotek.
Jika kamu belum sanggup membayar pegawai, kamu bisa berperan sebagai pemilik sekaligus apoteker penanggung jawab. Saat apotek mulai ramai, kamu bisa menambah 1 pegawai TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) untuk bantu mengurus operasional apotek.
Agar modal awal tetap kecil, berinvestasilah hanya pada hal-hal yang penting dan benar dibutuhkan demi kelangsungan hidup bisnis. Pastikan setiap pengeluaran yang dilakukan, mendapat kembali ganti yang setara.
Usaha apotek punya beberapa konsep, yaitu apotek komunitas, franchise, apotek modern dalam mall/supermarket, apotek yang berdiri sendiri, sampai apotek dengan konsep kerja sama. Namanya juga kerja sama, kamu bisa mengajak rekan sejawat atau rekan bisnis lain membuka satu apotek agar kontribusi modal jadi lebih kecil. Kamu bisa buat profil apotek sebagai bahan pitching ke rekan bisnis yang ingin diajak kerja sama. Profil apotek terdiri dari proyeksi data penjualan dan kunjungan pelanggan, potensi dari lokasi apotek dan target konsumen, hingga strategi pemasaran.
Semua orang yang terlibat dalam kerja sama adalah pemilik apotek. Masing-masing pemilik bisa kontribusi modal berupa tempat, dana tunai, prasarana apotek, persediaan obat atau relasi ke PBF, hingga modal keahlian sebagai penanggung jawab apotek. Profit per bulan bisa dibagi secara proporsional, sesuai besar kontribusinya terhadap modal awal. Ini tentu sudah tertuang di dalam kontrak kerja sama, yang telah disepakati semua pihak. Semua pemilik punya hak mengakses apotek untuk mengetahui jalannya apotek dan perkembangannya. Untuk menghindari konflik kerja sama, transparansi adalah hal utama yang harus selalu diupayakan.
Bagaimana caranya?
Nggak
usah bingung. Dengan bantuan software apotek seperti
Farmacare, semua pemilik mendapat akses yang sama ke usaha apotek mereka. Data penjualan, profit per hari/bulan, stok barang, aktivitas
stock opname, defekta, dan seluruh informasi terkait apotek dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Operasional apotek bisa dipantau dengan cara yang lebih cerdas dan simpel. Menjauhkan prasangka negatif karena adanya transparansi maksimal. Yuk, ajak yang lain menggunakannya, dan manfaatkan
Uji Coba Gratis dengan mendaftar sekarang juga!
Referensi:
John Rampton. 2 Mei 2022. How to Start a Business With No Money. Entrepreneur.com: http://bit.ly/3GOCySv
Insights. 28 Juni 2022. Tips Sukses Memulai Bisnis dengan Modal Kecil. Bankraya.co.id:
http://bit.ly/3VAsTTs