Pelanggan apotek memang punya perilaku yang unik. Sebut saja, ketika mereka ingin membeli obat keras tapi tidak membawa resep dokter dan memaksa tetap ingin membeli karena pernah diresepkan sebelumnya oleh dokter mereka. Belum lagi kadang suka protes karena obat yang disarankan apoteker nggak manjur, atau memaksa retur karena salah beli obat. Meski begitu, perilaku tersebut tetap harus di-maintain dengan baik agar pelayanan kefarmasian yang ditawarkan apotek tetap memuaskan. Nah, kira-kira apa saja syarat membuat apotek bisa punya pelayanan maksimal? Biar pelanggannya terlayani dengan baik dan membuat apotek selalu ramai pembeli. Berikut Farmacare punya jawabannya, yang diungkap langsung oleh apt. Suyanto, S.Si melalui channel YouTube Farmacare, serta ulasan di bawah ini. Simak, yuk!
Swamedikasi menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat berdasarkan gejala yang bisa dirasakan sendiri oleh pasien/pelanggan. Apoteker sebisa mungkin membantu mereka memilih dan menggunakan obat dengan tepat. Kenapa? Agar penyakit yang diderita pasien dapat segera sembuh, dan potensi meminum obat yang salah dapat diminimalisir.
Dalam menjalankan praktik kefarmasian, dalam hal ini swamedikasi, apoteker bisa mengumpulkan data pasien, misal dengan bertanya riwayat penggunaan obat, rasa sakit yang diderita, pengetahuan pasien terkait obat yang diminumnya, dan lain-lain. Disarankan apotek memiliki
personal medication record
untuk mencatat data pasien yang datang ke apotek. Data ini akan membantu apoteker memberi rekomendasi obat yang sesuai. Layanan swamedikasi yang diberikan ke pelanggan jadi lebih baik, dan apotek akan lebih dipercaya. Penting juga untuk memilih pegawai di apotek (apoteker dan TTK) yang punya rasa tanggung jawab atas kesehatan masyarakat. Agar mereka juga akan memberi layanan swamedikasi yang baik.
Customer oriented adalah pendekatan yang berorientasi pada pelanggan. Ini menjadi syarat utama untuk memperoleh kepuasan pelanggan. Bisa dilakukan melalui pendekatan customer-first, menempatkan pelanggan sebagai prioritas utama. Menunjukkan empati yang tinggi, serta punya keinginan untuk bantu mempermudah/memberi solusi kepada pelanggan.
Dalam hal pelayanan kefarmasian, upaya yang bisa dilakukan apoteker adalah dengan merekomendasikan obat yang efektif (manjur) dan aman. Aman di sini maksudnya adalah tidak berisiko menimbulkan penyakit lain atau menyebabkan kontraindikasi. Itu mengapa, edukasi seputar obat yang diberikan wajib dilakukan apoteker agar pelanggan dapat mengkonsumsi obat dengan benar. Edukasi pun sebaiknya dilakukan dengan tepat dan tidak menimbulkan mispersepsi. Sehingga pelayanan maksimal dapat diberikan, yang merupakan syarat membuat apotek ramah pelanggan. Selain itu, juga menyesuaikan obat yang diberikan sesuai perilaku/habit pelanggan, serta daya beli mereka.
Saat pelanggan datang ke apotek, banyak informasi yang mereka tanyakan. Apoteker harus bisa mengakomodasi setiap pertanyaan karena pengetahuan menjadi penyebab seseorang melakukan sesuatu. Semisal ada pasien yang tidak paham tentang cara penggunaan obat, efek samping dan indikasi obat, yang jika dibiarkan – pasien bisa sembarangan mengkonsumsi obat dan berbahaya. Ini berarti ada peran yang hilang, yang seharusnya menjadi tanggung jawab apoteker untuk memberi pengetahuan tersebut. Syarat membuat apotek bisa memberi pelayanan maksimal adalah dengan menyalurkan informasi yang dibutuhkan pasien saat mereka datang ke apotek, saat berkonsultasi, atau seiring penyerahan obat ke pasien/pelanggan (meski terkadang mereka tidak bertanya).
Apoteker yang harus lebih aktif bertanya, agar identifikasi dan solusi yang diberikan tepat. Karena ini akan membangun prasangka baik di benak pelanggan atas kepedulian dan empati kamu terhadap kondisi mereka. Apoteker juga bertanggung jawab memberi pendampingan bahkan pengarahan dalam pengkonsumsian obat, agar hak masyarakat untuk tetap sehat dapat terpenuhi.
Konseling diartikan sebagai upaya membantu masyarakat agar mereka mau mengambil keputusan kesehatan yang benar. Ini dilakukan untuk kondisi dimana perlu mengubah pola pikir masyarakat yang terlanjur menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
Contoh ada pelanggan yang tidak patuh pada aturan pakai dan dosis obat yang diberikan. Ketika pelanggan harus meminum obat 3 kali sehari, namun dalam 1 kali minum penyakit sudah sembuh, mereka sering tidak melanjutkannya. Ini juga terjadi pada pasien yang diberi obat antibiotik. Seringkali mereka tidak menghabiskan obat tersebut sesuai dosis yang ditetapkan dokter. Nah, kamu sebagai apoteker yang berhubungan langsung dengan pasien, harus berupaya mengubah kebiasaan yang salah itu dengan memberi konseling/edukasi yang tepat. Motivasi pasien untuk mau mengkonsumsi obat dengan benar.
Terkadang pelanggan hanya tidak mengerti, jika apa yang mereka lakukan itu salah dan berbahaya. Nah, kamu bisa menyampaikan pengetahuan yang kamu miliki, serta fakta yang terjadi di lapangan untuk menyadarkan pelanggan. Sekaligus memberi mereka nasihat kesehatan dengan menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti.
Itu dia syarat membuat apotek bisa disukai pelanggan karena mampu memberi pelayanan kefarmasian yang maksimal. Jika pelanggan suka dan sudah percaya, mereka tidak akan ragu untuk terus datang ke apotekmu. Nah, bagaimana cara agar kualitas pelayanan di apotek bisa selalu maksimal? Padahal, 70% pekerjaan di apotek sudah dihabiskan oleh
urusan administrasi sehingga faktor pelayanan sering dikesampingkan. Solusinya adalah dengan memanfaatkan teknologi seperti software apotek
Farmacare. Serahkan urusan administrasi di apotek ke Farmacare, dan kamu jadi bisa fokus melayani pelanggan. Kamu ingin mencobanya? Yuk, manfaatkan
Uji Coba Gratis dengan mendaftar sekarang juga!