Baca artikel selengkapnya di bawah formulir Coba Gratis
Halo Farmapreneur,
Terima kasih atas ketertarikan kamu pada Farmacare! Permintaan kamu sudah diterima dan kamu akan dihubungi tim kami dalam 1x24 jam di hari kerja.
Tahap selanjutnya, kamu akan kami tawarkan untuk menjadwalkan sesi demo aplikasi (gratis). Pada sesi ini, kamu akan dijelaskan secara detail mengenai:
Setelah sesi demo selesai, kamu akan dibuatkan akun trial selama 7 hari.
Jika kamu mempunyai pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi sales kami pada nomor 0812 8833 2296 (WA & Telp.)
Sampai berjumpa di sesi demo!
Salam,
Tim Farmacare
Ups, ada masalah dalam mengirimkan pesanmu. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Ketika kamu ingin bisnis apotekmu berkembang, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan target pertumbuhan omzet apotek. Misal, ingin omzet naik 10% setiap bulan selama satu tahun. Lalu, tentukan strategi untuk mewujudkannya. Seperti, menambah sekitar 5 - 10 transaksi penjualan per hari. Tapi, bagaimana cara efektif melakukannya?
Nah, berikut Farmacare punya beberapa taktik seperti
down selling,
up selling, dan
cross selling untuk meningkatkan transaksi penjualan di apotek yang bisa kamu simak pada
Webinar: Strategi Pelayanan Produk Swamedikasi untuk Memaksimalkan Pendapatan Apotek, dan ulasan di bawah ini!
Down selling adalah taktik penjualan dengan menawarkan produk alternatif yang lebih murah dari produk awal yang diinginkan pelanggan.
Ya, menurut apt. Septian Johanka sebagai praktisi apoteker dan pelaku bisnis apotek, teknik down selling masih lebih baik ketimbang kamu tidak menjual barang sama sekali.
Ketika ada pasien datang ke apotek ingin membeli obat, namun
budget
mereka tidak cukup – teknik
down selling justru bisa membantu pasien. Dari pada mereka tidak jadi membeli, kamu bisa tawarkan obat lain yang harganya lebih murah, tapi punya efek yang sama.
Baca juga:
Antara Obat Generik dan Paten, Mana yang Lebih Menguntungkan Apotek?
Lagi pula, distributor atau
PBF (Pedagang Besar Farmasi) biasa punya program diskon yang diberikan ke rekanan apotek. Meski margin produk kecil, tapi bila harga pokok obat mendapat potongan harga dari PBF, marginnya akan bertambah dan tetap memberi keuntungan.
Obat merk X adalah jenis obat paten yang marginnya Rp3.000. Lalu, Pak Ali ingin membeli obat tersebut, tapi anggarannya tidak cukup.
Kebetulan ada obat merk Z yang merupakan jenis obat generik dan harga jualnya lebih murah. Obat tersebut punya margin hanya Rp1.000, namun karena PBF memberi diskon harga sebesar Rp3.000, apotek justru bisa untung
Rp4.000, meski melakukan
down selling.
Pak Ali bisa mendapat obat yang dibutuhkannya, dan apotek tetap cuan meski menjual obat dengan harga lebih murah.
Oleh karena itu, pegawai di apotek harus tahu betul tentang stok barang. Produk apa saja yang dimiliki apotek, beserta diskon harga dari PBF yang mempengaruhi harga pokoknya. Hal ini juga memudahkan kamu ketika harus mencari substitusi obat ketika stok barang yang dicari pelanggan sedang kosong.
Ketika
harga pokok barang naik, kamu wajib
menaikkan harga jualnya agar margin barang yang sudah ditentukan sebelumnya tidak berubah. Sedangkan, ketika harga pokok barang turun (misal mendapat diskon dari PBF), dan kamu tidak menurunkan harga jualnya, justru jadi tambahan keuntungan bagi bisnis.
Baca juga:
Harga Pokok Obat Naik, Ini Dia Strategi Omzet Apotek Tetap Stabil
Up selling adalah taktik penjualan dengan mendorong pelanggan untuk membeli produk yang nilainya lebih tinggi dari produk awal yang mereka inginkan. Harapannya, pelanggan mau membeli produk serupa namun dengan harga yang lebih mahal.
Setiap pasien ingin penyakitnya cepat sembuh. Dari situ kemudian muncul urgensi dari pasien yang datang ke apotek. Ada yang ingin cepat sembuh karena besoknya harus kembali bekerja. Ada yang nggak betah menahan sakit lama-lama, jadi ingin cepat sembuh.
Nah, urgensi menjadi kunci bagi pegawai apotek untuk melakukan
up selling. Meski obat generik dan paten sama-sama efektifnya, hanya saja ada beberapa produk (misal) vitamin yang sudah berlisensi (Sertifikat ISO), punya harga jual lebih mahal dengan kualitas lebih terjamin. Produk ini bisa kamu tawarkan untuk keperluan
up selling.
Ibu Santi sedang tidak enak badan dan datang ke apotek untuk membeli obat. Dia ingin penyakitnya tidak bertambah parah dan segera kembali fit karena aktivitasnya di pekerjaan sangat padat. Lalu, Ibu Santi menginginkan vitamin agar daya tahan tubuhnya tidak drop.
Di sini pegawai apotek bisa menawarkan vitamin berlisensi karena kualitasnya lebih baik, banyak direkomendasikan dokter, sekaligus punya
margin apotek lebih tinggi.
Meski harga produk lebih mahal, namun demi menunjang produktivitas pekerjaannya di kantor, Ibu Santi tidak keberatan untuk membeli produk tersebut.
Ketika kamu melakukan up selling, tetap perhatikan tingkat urgensi dari masing-masing pelanggan. Selain itu, pertimbangkan juga kebutuhan mereka. Misal, sekiranya pelanggan tidak membutuhkan obat dengan ukuran lebih besar, ya, jangan memaksa.
Atau, kamu bisa memberi perbandingan harga produk. Misal, produk obat batuk 100 ml harganya Rp25.000, sedangkan untuk ukuran 50 ml harganya Rp15.000. Jadi, produk dengan ukuran lebih besar tentu lebih murah, dan bisa digunakan jangka panjang.
Perhatikan juga lokasi dan demografi masyarakat sekitar apotek untuk bisa menyesuaikan produk
up selling yang tepat.
Di Farmacare, apotek bisa mencari obat berdasarkan komposisinya. Pengguna hanya perlu ketik komposisinya, kemudian akan muncul semua obat yang mengandung komposisi tersebut. Ini sangat berguna untuk melakukan tenik
up selling maupun
down selling,
apotek jadi bisa merekomendasikan alternatif obat lain yang sejenis apabila obat yang dicari pasien tidak tersedia, apotek tidak kedapatan
loss sales.
Cross selling adalah taktik penjualan dengan menawarkan produk tambahan sebagai pelengkap produk utama yang diinginkan pelanggan. Kamu bisa menawarkan produk tambahan yang masih ada kaitannya dengan produk utama yang dibeli konsumen untuk menambah nilai transaksi pelanggan.
Baca juga:
Memasuki Tahun Baru, Ini Dia Cara Menaikkan Omset Apotek
Teknik cross selling bisa dilakukan dengan memanfaatkan apa yang apotek punya untuk meningkatkan omzet bisnis sekaligus kualitas pelayanan di apotek. Karena acuan rekomendasi produk cross selling tetap harus berdasarkan kebutuhan pelanggan sehingga mampu mengatasi permasalahan mereka.
Penerapan teknik
cross selling tujuannya untuk menambah jumlah pembelian pelanggan, sambil tetap berfokus pada pemenuhan kebutuhan mereka, sehingga memberi dampak pada pertumbuhan omzet.
Pak Agus punya hobi main tenis. Suatu ketika dia merasakan pegal-pegal di bagian tangan setelah bermain tenis. Lalu, dia datang ke apotek untuk mencari krim pereda nyeri otot. Dia ingin rasa nyeri tersebut cepat hilang karena lumayan mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Di sini kamu bisa menawarkan produk tambahan seperti minyak urut, koyo, dan vitamin persendian seperti
Welmove
atau
Viostin DS.
Sehingga yang semula pembeliannya hanya
Rp30.000, karena juga membeli produk
cross selling
– total pembelanjaan Pak Agus di apotek menjadi
Rp60.000. Kenaikan nilai transaksi tersebut dapat meningkatkan
omzet bisnis apotek hingga dua kali lipat.
Oleh karena itu, kamu harus tahu stok obat apa saja yang dimiliki apotek sehingga memudahkanmu ketika memberi rekomendasi produk cross selling.
Diperlukan juga
knowledge
yang memadai. Kenapa? Ya, agar setiap rekomendasi produk
cross selling yang diberikan ke pelanggan sesuai dengan keluhan (penyakit) mereka. Pelanggan pun jadi percaya dan tidak ragu untuk membeli apa yang kamu tawarkan.
Setelah kamu menerapkan teknik
down selling,
up selling, dan
cross selling, apakah omzet penjualan di apotek berhasil meningkat? Cara mudah untuk mengetahuinya bisa dengan memanfaatkan aplikasi
Farmacare.
Kamu jadi tahu total transaksi harian sampai bulanan, dan daftar produk yang punya total penjualan terbanyak, hanya dengan sekali klik. Coba buktikan sendiri dengan mendaftar
Free Trial Aplikasi sekarang juga!
All Rights Reserved | PT Jendela Akses Sehat