Baca artikel selengkapnya di bawah formulir Coba Gratis
Halo Farmapreneur,
Terima kasih atas ketertarikan kamu pada Farmacare! Permintaan kamu sudah diterima dan kamu akan dihubungi tim kami dalam 1x24 jam di hari kerja.
Tahap selanjutnya, kamu akan kami tawarkan untuk menjadwalkan sesi demo aplikasi (gratis). Pada sesi ini, kamu akan dijelaskan secara detail mengenai:
Setelah sesi demo selesai, kamu akan dibuatkan akun trial selama 7 hari.
Jika kamu mempunyai pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi sales kami pada nomor 0812 8833 2296 (WA & Telp.)
Sampai berjumpa di sesi demo!
Salam,
Tim Farmacare
Ups, ada masalah dalam mengirimkan pesanmu. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Pelayanan kefarmasian di apotek yang berorientasi pada customer, perlu didukung oleh product knowledge yang baik dari staff farmasi. Selain itu, mereka juga harus memiliki visi-misi yang sejalan dengan bisnis apotek tempat mereka bekerja.
Kamu sebagai pemilik bisnis apotek, apa strategi untuk merekrut dan melatih
staff
farmasi baru di apotek? Berikut praktisi apoteker sekaligus pelaku bisnis apotek
apt. I Made Darmawan ingin berbagi pengalaman seputar manajemen staf di apotek. Simak melalui
channel
YouTube Farmacare ID
dan ulasannya di bawah ini, yuk!
Saat kamu ingin merekrut karyawan baru – pasti punya kriteria tertentu yang akan dijadikan bahan pertimbangan. Kira-kira kriteria apa saja yang sebaiknya dimiliki oleh apoteker, tenaga teknis kefarmasian (TTK), dan admin apotek agar mampu menunjang kinerja bisnis?
Ada beberapa kriteria umum yang bisa dijadikan review/pertimbangan saat menyeleksi pegawai baru di apotek, yaitu:
Tidak hanya jujur ke pihak internal (manajemen) tapi juga eksternal (pelanggan) apotek. Setiap pelanggan yang datang ke apotek wajib mendapat edukasi yang jujur seputar penyakit dan terapi obat yang baik untuk mereka. Hal ini untuk menumbuhkan trust sehingga mampu meningkatkan retensi pelanggan.
Soft skill yang satu ini sangat vital. Tanpa kemampuan komunikasi yang baik, pelayanan kefarmasian di apotek jadi tidak maksimal. Pegawai menjadi sulit meyakinkan pelanggan, edukasi yang diberikan bias, dan tingkat penyelesaian masalah jadi rendah. Dampaknya apotek jadi sepi pelanggan.
Seluruh pegawai apotek harus bekerja dalam tim sehingga butuh kerja sama yang baik. Tidak hanya bagian pelayanan yang harus bersikap ramah kepada pelanggan, namun semua internal apotek harus bisa memperlakukan pelanggan dengan baik. Lalu, tidak hanya menjadi beban apoteker untuk melakukan edukasi, namun TTK atau asisten apoteker juga wajib melakukannya.
Ketika ada keadaan emergency dan apotek sudah mau tutup, pegawai diharap tetap mau melayani pelanggan agar permasalahan mereka bisa segera teratasi. Pelanggan pun jadi puas dan tak ragu untuk datang kembali ke apotek. Pegawai harus punya loyalitas agar tidak keberatan melakukannya.
Selain kriteria secara umum, ada kriteria wajib yang harus dimiliki apoteker agar bisnis apotek berjalan dengan baik, yaitu:
Terlebih bagi Apoteker Penanggung Jawab (APJ) yang berlaku sebagai leader di apotek, dibutuhkan jiwa leadership yang baik untuk bisa memimpin, menjadi problem solver, evaluator, sekaligus memberi contoh yang benar dalam hal pelayanan di apotek.
Apotek adalah bisnis yang juga membutuhkan profit. Jadi, selain fokus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, sebagai apoteker juga harus pintar berjualan agar apotek bisa menghasilkan profit. Termasuk kemampuan untuk melakukan up selling, down selling, dan cross selling.
Baca juga:
Cari Tahu Cara Menjadi Apoteker Handal yang Disukai Pelanggan, yuk!
Setelah karyawan baru diterima untuk bekerja di apotek milikmu, ada hak mereka yang harus kamu penuhi sebagai PSA (Pemilik Sarana Apotek) agar kesejahteraan di tempat kerja dapat tercapai. Apa saja hak karyawan di apotek?
Ini adalah hal krusial bagi kamu yang ingin membuka apotek baru. Kenapa? Ketika bisnis apotek belum berjalan dan kamu belum mengetahui omzet (profit) apotek, akan lebih sulit menentukan standar gaji pegawai di apotek.
Nah, kamu bisa menggunakan standar gaji profesi apoteker di daerah tempat apotek berada. Kamu bisa melakukan riset untuk mendapatkan angka yang sesuai standar. Kenapa harus sesuai standar? Karena bila terlalu rendah ditakutkan kinerjanya kurang baik, namun bila terlalu tinggi akan membebani
operasional cost.
Setelah apotek berjalan beberapa bulan, kamu bisa melakukan evaluasi gaji para pegawai. Misal, bila kinerja mereka baik dan target omzet tercapai – kamu dapat memberi
reward
atau kenaikan gaji sesuai profit yang diperoleh apotek. Bisa juga menerapkan sistem komisi untuk memacu motivasi pegawai saat bekerja.
Apotek menjadi sarana utama bagi pasien untuk melakukan swamedikasi. Bila pegawai apotek tidak memiliki pengetahuan (product knowledge) yang baik, mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhan pasien, terlebih untuk mengedukasi mereka.
Bila kamu ingin memaksimalkan pelayanan untuk menjaga
kepuasan pelanggan di apotek, seluruh pegawai harus mendapat pelatihan/pendidikan secara berkala. Caranya bisa dilakukan secara formal dan informal (diskusi).
Namun, cara informal lebih banyak dipilih karena dinilai lebih efektif. Pelaksanaannya bisa dilakukan melalui:
Lalu, muncul pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab untuk melatih karyawan baru di apotek?
Apoteker wajib berbagi ilmu atau melatih karyawan (apoteker) baru, terlebih bila mereka adalah fresh graduate yang belum memiliki pengalaman kerja. Apoteker akan memberi pelatihan tentang cara komunikasi ke pelanggan, penanganan masalah yang dihadapi pelanggan, sampai rekomendasikan produk yang tepat sesuai kebutuhan pelanggan.
Karyawan senior adalah karyawan yang sudah lebih dulu bekerja di apotek. Nah, biasanya dalam tiga bulan pertama, karyawan baru akan belajar banyak dengan mendapat bimbingan dari karyawan senior. Tujuannya agar mereka bisa cepat beradaptasi dan mengikuti ritme kerja di lingkungan yang baru.
Pegawai baru bisa berlatih dengan bimbingan apoteker dan pegawai senior. Misal, melakukan praktik langsung berhadapan dengan pasien/pelanggan. Keterampilan komunikasi dan product knowledge mereka akan diuji melalui praktik langsung, sekaligus bisa mengevaluasi diri bila masih ada kekurangan.
Adanya
staff
farmasi baru di apotek, membuat kamu harus punya waktu lebih untuk membimbing mereka agar bisa segera beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru.
Eits, tapi kalau pengelolaan operasional apotek pakai software aplikasi
Farmacare, pegawai baru pun
nggak
bakal bingung menggunakannya. Kenapa? Ya, karena tampilannya
user friendly banget. Jadi, tak butuh waktu lama untuk mereka beradaptasi. Yuk, daftar
Uji Coba Gratis sekarang!
All Rights Reserved | PT Jendela Akses Sehat